Blogroll

Tiada balasan yang lebih baik keculai bisa diizinkan untuk menatap Dzat Nya

Kamis, 27 Oktober 2011

Friksi Itu Pasti Ada

Gaya Gesek

Eh, taw gak sih apa tu friksi, bukan sebuah tulisan friksi dan non friksi lo... (tu mah fiksi ama non fiksi). Oke lah, just intermezo...       

ya benar, gesekan. Friksi adalah suatu sunatullah, yang diberikan Allah kepada setiap makhluknya supaya makhluk itu semakin dekat dengan Dia, Yang Maha Indah. Misal ne, kalo kita berjalan, jika antara telapak kaki dengan alas tidak ada yang namanya friksi maka manusia tidak ada yang namanya nyaman berdiri. Hayo mau pakek cara apa, spatu paku? Gak akan bisa, gesekan aja gak ada ko. Kita pasti tahu lah, fluida yang kayak itu aja masih bisa saling bergesekan, yah bisa kita bayangin aja, bagaimana dunia ini kalo tidak ada yang namanya gesekan, tanah akan lumer bagaikan angin, benda2 tidak akan pernah bisa disentuh, dan bayi2 yang baru lahir akan mengalami kecelakaan, karena kecepatan sedikitpun (saat bayi keluar dari rahim sang ibu) tidak akan bisa dihentikan, dan ahirnya tidak ada yang bisa hidup di dunia seperti itu. Jadi friksi itu diperlukan.



Et... tapi jangan salah, friksi kadang kala dihindarkan juga. Kita sekarang tahu bahwa banyak enginer yang dibutuhkan oleh industri2 besar n menengah dalam hal effisiensi (intinya mengurangi gesekan yang ada), mencari nilai effisiensi 100% (hehehe.... emang ada yang sangat ideal gini?). tahu berapa effisiensi pesawat terbang? Yah, gak lebih dari 40% broth, lebih dari setengahnya hilang. Meningkatkan effisiensi 2% aja sudah jadi hal sangat hebat, bisa diikutkan shell eco ne, hehe.... nah, jadi friksi tetap ada baik dan ada ada kurang baiknya. Tinggal bagaimana kita menyikapi hal tersebut. Kalo pas mau jalan, kita biarkan friksi itu ada, walau taruhannya sandal akan semakin tipis. Saat pengen hemat bensin, maka kita sekecil mungkin mengusahakan effisiensi motor kita semakin tinggi.

Kawan, begitu juga dengan kehidupan, kadang kala friksi itu hadir antara kita dengan teman, dengan lawan atau bahkan dengan orang yang tidak kita kenal. Tidak sepenuhnya friksi itu buruk, tinggal kedewasaan (kedewasaan=kedewasaan dalam hal keadilan, dalam hal penyikapan, dalam hal emosional, dalam hal ketenangan, dalam hal ego, dan dalam hal obyektifitas) kita lah yang bisa menentukan mana friksi yang dibutuhkan dan mana friksi yang kita hindarkan. Kalo kita mengenal rosulullah, Muhammad SAW, beliau menyikapi friksi antar sesama muslim itu sangat simpel, pedomannya ini:

"Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu saling bersaudara."  (Qs. Al-Hujurat 49:10) 

"Dan orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan, sebagian dari mereka adalah penolong [wali] bagi sebagian yang lain." (Qs. At-Taubah 9:71)

Jangan kan yang diatas, kita tahu waktu rasulullah pernah geram kepada salah seorang sohabat yang menebas kepala musuh dengan pedangnya setelah musuh itu mengucapkan kalimat syahadat tepat pedang itu sudah dekat dikepalanya?. Menjadi haram darah seorang mukmin bagi kita.

Nah sekarang bagaimana dengan kita, biasalah anak muda, egonya masih gede. Waktu ada konser, kesenggol dikit aja udah saling gontok2an, dijegal saat main bola aja udah mau berantem, berselisih pendapat saat rapat himpunan aja cemberutnya berhari hari. Jadinya ketika ketemuan sama yang diajak “tanding” tu kalo gak saling plotot plototan ya saling cemberut cemberutan, hehehe, asiiik bisa dijadikan lomba cemberut ne, biar mereka semakin keriput, dan aku semakin muda dibanding mereka... jangan lah, gak bagus kalo dijadikan lomba, mending lomba senyum lebih bagus, selain dapet pahala, jiwapun terasa muda, wah, pahala dobel ne... tapi begitu pula dengan seorang muslim yang saling berseteru, balasannya juga ada lo... ne dia....

 “Dari Abî Ayûb al-Anshâriy, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda; 'Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam diamana keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Yang terbaik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam'.(HR. Bukhari dan Muslim. Lihat Al-Wâfiy fi al-Syarh al-Arba'în al-Nawawiyyah, hal.289 )

Ketika kondisi itu, mendahului untuk memaafkan adalah jalan yang terbaik, terlepas siapa yang memulai kesalahannya, tingkatan ukhuwah tidak akan pernah tercapai kalo kondisi kecil saja bisa mengusik hal yang sangat penting dalam hal sebuah hubungan sesama saudara. Ukhuwah aja gak kegapai apa lagi tingkatan itsar...

Kisah itsar yang sangat indah terjadi pada saat perang Yarmuk. Ikrimah bin Abu Jahl seorang mujahid dan bersama dua sahabat yang lain terbaring dengan luka-luka sangat parah, bisa disebut mereka sedang sakaratul maut. Ketika seorang sahabat hendak memberinya minum, ikrimah bin Abu Jahl menolak dan menyuruh air itu diberikan ke teman yang ada di sebelahnya, ia mendengar bahwa teman yang ada disebelahnya butuh minum. Ketika air itu akan diberikan kesebelahnya (sesuai dengan perintah ikrimah tadi), orang tersebut juga menyuruh minuman itu diberikan lagi ke sebelahnya pula, karena ia merasa bahwa orang yang ada disebelahnya lebih membutuhkannya. Ia memilih mengalah pula pada saat-saat yang penting tersebut, sakit karena luka dan pastinya lelah setelah peperangan. Namun orang ketiga yang dimaksud sudah meninggal, ketika kembali lagi si pemberi minum ke sahabat yang tengah, ternyata ia sudah syahid juga. Dan ketika beranjak ke Ikrimah untuk memberikan minum, ikrimah pun telah syahid.

Segala yang ada sekarang ini tidak lain adalah rancangan Allah untuk kita, apakah itu cobaan dan apakah itu rohmat. Tetapi Allah memberikan itu semua  tidak lain adalah supaya kita bisa semakin dekat dengan Dia.

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang padamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Kapankah pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah:214)

“(Yaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh suatu kesusahan, mereka berkata: Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uni." (Qs. Al Baqoroh 2:156)

dalam tulisan Friksi Itu Pasti ada, menunjukkan bahwa friksi memang benar benarada dan memang sunatullah, dalam kehidupan sehari hari, friksi bisa kita siasati untuk terus berusaha berlomba dalam kebaikan, agar menambah berat amal kita, mendahulukan untuk berdamai adalah salah satunya. Memulai perselisihan adalah bencana dan memulai perdamaian adalah pahala.

bersyukurlah, Allah memberikan friksi, karena melalui friksi membuat kita semakin mengerti kondisi  saudara kita itu
bersyukurlah, Allah memberikan friksi, karena melalui friksi itu kita bisa berkesempatan untuk mendapat pahala
bersyukurlah, Allah memberikan friksi, karena melalui friksi itu kita bisa menikmati indahnya ukhuwah


wallahu a'lam....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar